Leonardo Nascimento gagal mengalahkan Gueugnon. |
Kejutan seperti ini merupakan hal yang biasa terjadi di negara yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998 itu. Namun, bagi kaum Le Parisiens, hasil seri tentu saja tetap amat memalukan. Pasalnya, lawannya hanya Gueugnon - klub dari sebuah kota yang hanya berpenduduk 10.000 jiwa itu - adalah penghuni kelas bawah klasemen. Mereka juga baru promosi pada musim ini setelah betah puluhan tahun hanya bermimpi berlaga di Divisi Satu.
Namun perlawanan gigih tim berjuluk Blacksmith dalam meredam gempuran juara Piala Super Prancis 1995 dan perempatfinalis Piala Winner 1996 merupakan sebuah kesuksesan. Gol indah PSG lewat solo-run pemain nasional Youri Djorkaeff di menit ke-29, ditebus Philippe Bruniel, semenit menjelang jeda.
Bukan itu saja. Pelbagai variasi serangan pasukan yang dilatih Roland Gransart juga membuat kebat-kebit Alain Roche dkk. dan juga jantung para suporternya. Maka tak heran, setelah usai pertandingan sekitar 20.000 penonton menghujat pasukan yang dilatih oleh Luis Fernandez.
Cemoohan ungkapan rasa kecewa. Hal yang wajar mengingat dengan hasil seri ini, Metz dan Lens, dua tim yang juga tengah memburu sejarah baru, kini mulai membayangi PSG dengan ketat. Keduanya sudah memiliki nilai kepala empat. Dengan nilai 47, PSG memang masih aman berada di puncak singgasana. Tapi kehilangan dua angka secara sia-sia pada Rabu itu merupakan sebuah teguran halus bagi mereka bahwa tidak ada yang tidak mungkin di sepak bola.
(foto: et-provlepseis)